lpmindustria.com – Hasan Sudrajat merupakan salah satu dosen aktif di Politeknik STMI Jakarta. Beliau merupakan pribadi yang senang belajar dan dikenal ramah oleh mahasiswanya.
Hasan Sudrajat atau yang kerap disapa Pak Hasan merupakan dosen yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Sejak tahun 1978 hingga 1988, ia menempuh pendidikan S1 Teknik Perkapalan di Universitas Mahajaya dan STTP Hatawana. Setelah itu, ia melanjutkan studinya dengan mengambil program S1 Administrasi Negara di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) hingga tahun 1990. Selanjutnya, ia pun kembali menempuh pendidikan S2. Ia mengikuti program Magister jurusan Marketing Management di Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia (IPWI) pada tahun 1992 hingga 1994.
Lalu, lelaki yang lahir pada 9 April 1958 ini kembali menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Beliau mengambil program Doktor Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia menyelesaikan jenjang ini dalam waktu tiga tahun, yang pada umumnya ditempuh dalam lima tahun. Tak berhenti sampai di situ, ia pun kembali mengenyam pendidikan untuk jenjang S2. Ia mengambil program Magister Hukum di Universitas Gajah Mada (UGM) hingga tahun 2017. “Jadi, kurang lebih selama empat puluh tahun sekolah atau kuliah terus,” ungkap Hasan kepada LPM Industria.
Hasan menceritakan bahwa dirinya merupakan pribadi yang suka mempelajari hal-hal yang baru. Hal tersebutlah yang mendorongnya untuk mengambil jurusan perkuliahan yang bervariasi. “Kalau orang lain itu linier, sudah ambil teknik akan ambil terus sampai S3. Saya bosan jika seperti itu karena banyak yang bisa dipelajari di dunia ini,” tutur Hasan.
Selama menjalani perkuliahannya, lelaki kelahiran Magelang ini mengalami banyak hambatan yang ia rasakan. Hasan menjelaskan bahwa pendidikannya yang banyak mengambil ilmu sosial ini sempat membuatnya kesulitan belajar selama enam bulan. Hal ini dikarenakan pendidikan dasar beliau adalah ilmu eksak atau pasti. “Basic ilmu saya kan dari ilmu pasti. Jadi, waktu mengambil jurusan yang merupakan ilmu sosial sempat merasakan kesulitan belajar di awalnya,” kata Hasan.
Tak hanya itu, Hasan pun membagikan cerita lainnya selama perkuliahan tersebut. Salah satunya ketika mengambil perkuliahan Teknik Perkapalan. Saat itu, ia berkuliah sambil bekerja. Hal ini membuat kesehariannya berjalan dari pagi hingga tengah malam. “Pukul 06.00 WIB atau setengah 07.00 WIB saya bekerja dan izin jam 16.00 WIB sore untuk berkuliah. Setelah berkuliah hingga pukul 22.00 WIB sampai 23.00 WIB, saya masih harus mengerjakan tugas untuk mengukur kapal di Tanjung Priuk hingga pukul 12 malam,” terang Hasan. Bahkan, ia harus menempuh perjalanan dari Depok ke Tanjung Priuk dengan mengendarai motor.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ia mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menunda tugas yang diberikan. Karena hal tersebut, Hasan dapat menyelesaikan tugasnya lebih awal dan tugasnya tidak menumpuk. “Katakanlah dikumpulnya minggu depan, saya tidak mau menunda. Kalau ada tugas, hari ini kerjakan, sehingga lusa sudah dikumpulkan,” jelasnya.
Saat perjalanan karirnya, Hasan sempat bekerja di perusahaan bernama Lenggogeni sebagai staf dan manajer selama satu tahun. Lalu, beliau mengikuti tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Hasilnya, ia pun diterima di Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada tahun 1979. Selama enam bulan, ia bekerja di kedua tempat tersebut. Karena merasa kelelahan, ia pun memutuskan untuk hanya bekerja di Kemenperin hingga tahun 2016. Di Kemenperin, beliau menempati posisi Kepala Bagian Program.
Lalu pada tahun 2017, Hasan pun masuk dan bergabung menjadi dosen di Politeknik STMI Jakarta. Sebelum menjadi dosen di sini, ia pernah menjadi penguji dan pembimbing mahasiswa S3 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010 hingga 2016. Di Politeknik STMI Jakarta, ia pernah menjadi Kepala Program D1 Komatsu. Lalu saat ini, ia menempati posisi sebagai Kepala Program Studi (Kaprodi) jurusan Teknologi Rekayasa Otomotif (TRO).
Sebagai seorang dosen, ia dikenal sebagai sosok yang baik oleh mahasiswanya. Salah satunya Deva Karunia Agustin sebagai salah satu mahasiswa Teknik Industri Otomotif (TIO) angkatan 2018. “Pak Hasan adalah dosen yang berkarakter baik, perhatian, dan mudah diajak bercanda. Hal ini membuat kami nyaman dan tidak canggung saat di dalam kelas,” ungkapnya.
Hal serupa pun disampaikan oleh Alifuddin Bagus Sajiwo Usman, mahasiswa TIO angkatan 2019. Menurutnya, Hasan merupakan sosok yang berwibawa, ramah dan rendah hati. “Beliau juga welcome dengan pendapat-pendapat mahasiswa,” tuturnya.
Penulis: Artha Julia
Editor: Ela Auliyana