lpmindustria.com – Festival Semarak Minangkabau merupakan kegiatan yang mengenalkan lebih dalam tentang macam-macam kebudayaan dan kuliner dari Minangkabau. Kegiatan ini sekaligus membuat para pengunjung asal Minangkabau yang merantau di sekitar Ibu Kota Jakarta merasa dimanjakan.
Festival Semarak Minangkabau merupakan salah satu kegiatan kebudayaan dari daerah Padang. Festival kebudayaan ini baru diadakan pada tahun 2018 dengan mengangkat kekayaan budaya dan tradisi serta kuliner yang dimiliki. Selain itu, kegiatan ini menjadi salah satu komitmen komunitas yakni, Muda Mudi Minangkabau (3M) dalam melestarikan dan memopulerkan kebudayaan nusantara, sebagai wujud pelestarian budaya masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat khususnya ditanah perantauan Jabodetabek. “Orang-orang sumatera barat yang dari kampung halaman dan juga anak-anak minang yang lahir disini, yang mempunyai satu tujuan 3M ini adalah Muda Mudi Minangkabau ingin melestarikan budaya bangsa khususnya budaya minang dari zaman milenial ini, kita mempunyai kretivitas yang sangat baik untuk melestarikan budaya bangsa,” ungkap Dermawan Ismail, selaku Ketua Pelaksana Festival Semarak Minangkabau.
Pada kegiatan tersebut, pengunjung dapat mengenal lebih dalam tentang beragam kebudayaan dan jenis-jenis kegiatan khas Minangkabau, seperti Pekan Olahraga Tradisional Minangkabau, Parade Pertunjukan Kesenian Minang, dan Stand Up Comedy Minang. “Kegiatannya anatara lain, ada Tari-Tarian, Talkshow berkaitan dengan kesuksesan orang Minangkabau yang ada di Jakarta, terus kita juga ada stand up comedy dan yang paling utama adalah kuliner,” ujar Dermawan. Tidak hanya itu, festival ini juga menampilan alat musik tradisional Rabab dan Saluang, lalu ada Silek (Seni beladiri Masyarakat Minangkabau), permainan Randai, musikalisasi puisi, dan Atraksi Firework.
Kegiatan tersebut ingin menonjolkan kuliner Minangkabau ke khalayak umum, karena salah satu kulinernya, rendang, telah menjadi makanan lezat dan terkenal di seluruh dunia. “Kuliner kita ketahui bahwa rendang adalah makanan yang disukai oleh masyarakat dunia dan kita patut berbangga. Saya pribadi sebagai orang Minang sangat berbangga, khususnya kami rakyat Indonesia. Begitu banyak ragam budaya yang kita miliki,” tutur Wawan
Festival Semarak Minangkabau 2018 memanjakan pengunjung dengan berbagai santapan khas, serta tak lupa dengan jajanan khas Minangkabau. Seperti nasi kapau, rendang, itiak lado hijau, dan sate danguang-danguang, atau yang lebih populer dengan nama sate Padang. Jajanan khas Minangkabau seperti es tebak, minuman yang terdiri dari olahan tepung beras, cincau, agar dan sirup manis, serta es serut yang melimpah. Ada juga martabak hayuda dan bika amak yang membuat para pengunjung mengobati kerinduan dengan suasana kampung halaman dan merasa puas meski berada di tanah rantau. “Kalau acara ini kan memang bagus, karena cuma diadakan sekali setahun atau paling banyak dua kali dalam setahun. Kemudian, pengunjung juga antusias karena bisa memuaskan selera kampung. Festival ini bisa dibilang memang nuansa kampung banget seperti dari oleh-olehnya, cendolnya, satenya yang berbagai macam, lalu ada nasi kapau juga. Jadi terobatilah rasa kangen kampung, selain orang yang tidak pulang dan lebaran di kampong halaman,” ujar Elisa, pengisi bazzar pada kegiatan ini.
Para pengunjung yang menghadiri sangat mengapresiasi dengan kehadiran festival ini. “Sangat bagus, artinya bahwa kegiatan ini sangat baik sekali untuk selalu diadakan untuk menambah keakraban masyarakat Minang dari perantauan itu sendiri. Seolah-olah disini tuh makanananya tidak kurang sekali, bahkan kita banyak yang tidak tahu seperti apa makanan ciri khas padang dan minang itu,” ucap Rosyid, salah satu pengunjung dari Bogor. Festival ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa untuk terus melestarikan adat dan kebudayaan Minangkabau. “Bangga menjadi orang Minangkabau, bangga dapat melestraikan budaya Minangkabau, dan jangan malu untuk menyapa sesama orang Minangkabau yang ada disekitar kita. Bahwa, untuk melestarikan budaya Minangkabau khususnya bahasa satu kesatuan agar kita bisa mempertahankan yang namanya kebudayaan,” tutup Wawan.
Nur Salam