PLTS Terapung Cirata Sebagai Solusi Energi Terbarukan

lpmindustria.com –  Langkah besar menuju energi bersih, Presiden RI meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya terapung pertama di Indonesia pada November 2023. Pembangkit terapung ini terletak di atas Waduk Cirata, Purwakarta. Jawa Barat. 

Dilansir dari sda.pu.go.id, bendungan memiliki potensi yang signifikan untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung dengan memanfaatkan luas genangan pada waduk. Dukungan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tercermin dalam penyediaan area permukaan air di 248 bendungan yang sedang atau akan selesai dibangun. Dengan potensi PLTS terapung yang besar, bendungan-bendungan tersebut mampu memproduksi listrik mencapai 261.738 Mega Watt (MW).

Dilansir dari, iesr.or.id, PLTS terapung Cirata menjadi tonggak akselerasi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya berskala besar di Indonesia yang praktis mati suri sejak 2020. Seiring dengan semakin menurunnya biaya investasi PLTS, yang menjadikannya sebagai pembangkit energi terbarukan termurah saat ini.

Dikutip dari Antaranews.com, PLTS Cirata memiliki kapasitas 192 MW. Dengan kapasitas itu, PLTS Terapung Cirata mampu menerangi setara lebih dari 50 ribu rumah. PLTS Terapung mampu menghasilkan listrik yang sangat besar dengan sistem modul surya skala besar yang dipasang terapung di permukaan perairan, baik danau, waduk, dam, danau irigasi, area pengelolaan air buangan ataupun lepas pantai.

Dalam pemanfaatanya, waduk memiliki sejumlah prasyarat yang harus diperhatikan, seperti; keamanan bendungan, fungsi waduk, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setiap daerah, serta daya rusak air yang tertuang. Pemanfaatan ruang pada daerah genangan waduk dapat dilakukan berdasarkan izin dari menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya setelah mendapat rekomendasi dari pelaksana teknis sumber daya air pada wilayah yang bersangkutan.

Dilansir dari indonesia.go.id, PLTS Terapung Cirata terbentang di area seluas 200 hektare yang terbangun dalam 13 blok dengan lebih dari 340 ribu solar panel. Pembangunannya menghabiskan biaya sekira Rp 1,7 triliun. Proyek energi terbarukan ini merupakan hasil kolaborasi antara Subholding PLN Nusantara Power dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar. Lewat kolaborasi, proyek ini mampu menyerap lebih dari 1.400 tenaga kerja lokal. Dengan menerapkan teknologi yang canggih, PLTS ini juga turut melahirkan kompetensi baru bagi PLN.

Presiden RI, Joko Widodo mengatakan, “pada pembangkit surya ini juga ada pembangkit angin, dalam prosesnya ada tantangan cuaca memang, tapi bisa kita atasi dengan membangun smart grid, sehingga meskipun cuaca berubah-ubah listriknya tetap stabil. Tantangan lokasi potensi energi baru terbarukan yang jauh dari pusat kebutuhan listrik juga bisa kita atasi. Kita bisa bangun solusinya dengan transmission line dan yang nantinya setiap potensi EBT di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi bisa kita salurkan ke pusat-pusat ekonomi.”

Dilansir dari iesr.or.id, Data Kementerian ESDM menunjukkan adanya potensi PLTS terapung skala besar yang dapat dikembangkan setidaknya di 27 lokasi badan air yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Total potensinya dapat mencapai 4,8 GW dan setara dengan investasi sebesar USD 3,84 miliar (Rp 55,15 triliun). Pemanfaatan potensi PLTS terapung ini akan mempercepat pencapaian target bauran energi terbarukan dan meraih target net zero emission (NZE) lebih cepat dari tahun 2060. 

Penulis : Danu Maulana 
Editor: Nayla Auliya 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *