Ramadhan telah memasuki hari ke 26, rasanya waktu terasa cepat berjalan. Ya bagaimana tidak, karena sebagian besar waktu ku habiskan di kampus. Jika berada di kampus, rasanya waktu cepat sekali berlalu, bersenda gurau dengan kawan-kawan, berorganisasi, dan mengerjakan tugas-tugas kuliah dengan batas waktu yang gila. Tidak hanya pada Ramadhan saja diriku sibuk di kampus, hari-hari biasa pun aku kerap pulang malam dikarenakan kesibukan ku di organisasi. Namun aku percaya, Letihnya berorganisasi akan dapat bermanfaat dikemudian hari.
Ramadhan tahun ini, intensitas ku untuk buka puasa bersama keluarga di rumah dapat dikatakan jarang. Desakan aktivitas atau kegiatan di kampus menjadi alasan ku untuk tidak buka puasa di rumah. Paling hanya dua kali dalam seminggu saja diriku dapat buka puasa di rumah. Sebelum diriku berangkat kuliah, ibu selalu bertanya pada ku “Hari ini pulang jam berapa?,” tanya ibu ketika diriku kerap berjabat tangan untuk berpamitan berangkat kuliah. Jawaban ku selalu mengatakan “hari ini pulang malam, ada agenda organisasi soalnya,”. Atau diriku akan bertanya balik kepada ibu “Ada apa emangnya?.” Tapi ibu selalu bilang tidak ada apa-apa.
Disetiap pagi, diriku selalu mengantar adik ku ke sekolahnya. Ditengah perjalanan, adik ku menanyakan hal yang sama seperti pertanyaan ibu. Aku hanya menjawab sepertinya pulang malam, karena ada agenda organisasi atau ada tugas kuliah yang harus diselesaikan. Kemudian, adik ku menjelaskan kenapa dirinya selalu mengirim pesan singkat untuk bertanya apakah aku pulang malam atau tidak di sore harinya, ya memang adik ku sering sekali mengirim pesan kepada ku ketika sore hari. Ia berkata, ibu selalu bertanya tentang jam pulang mu, apa kamu buka puasa di rumah atau tidak, memang jujur saja ketika kau buka puasa di kampus maka suasana rumah seperti ada yang kurang. Jadi kalau ada waktu, buka puasalah di rumah.
Perkataan adik ku menancap keras di kepala, sepanjang hari ku renungkan perkataanya itu. Namun mau bagaimana, aktivitas atau kegiatan ku yang memaksa untuk tidak buka puasa di rumah. Maka ku putuskan untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk dapat berbuka puasa di rumah. Apabila ada kegiatan yang sekiranya tidak begitu banyak melibatkan peran ku, maka aku tidak hadir dalam kegiatan tersebut, demi memanfaatkan berbuka puasa bersama keluarga. Ku habiskan sisa-sisa Ramadhan ini untuk buka puasa di rumah, suasana hangat menyelimuti kebersamaan di rumah.
“Wih pulang sore,” kata adik ku yang melihat diriku sedang memarkir sepeda motor di depan rumah. Diriku pulang pada hari itu sekitar pukul 17.00 WIB. Untuk menunggu waktu berbuka, diriku menyibukkan diri untuk membantu ibu dalam mempersiapkan hidangan makanan dan minuman. Tak terasa azan maghrib berkumandang, langsung kami sekeluarga menikmati hidangan ibu yang telah disajikan. Sembari menikmati hidangan, obrolan-obrolan ringan juga menyelingi suasana rumah “Enak nih kalau ada kakak, makanan langsung cepat habis, dari kemarin selalu sisa,” celetuk adik ku. “Kalau makan rame-rame seperti ini, jauh lebih nikmat, karena terpacu satu sama lainnya,” tambah ibu ku, pecah tawa meramaikan suasana rumah ditambah kerusuhan adik bungsu ku yang terkadang tidak sengaja menumpahkan minuman serta yang kerap ‘rewel’ meminta ini atau itu tetapi tidak dimakan. Sungguh, suasana seperti ini yang hanya tercipta pada bulan Ramadhan.
Fandi Prasetio