Dunia Digital Akan Membuat Sastra Semakin Pendek

lpmindustria.com – Zaman sekarang, banyak orang yang masuk ke dalam dunia digital tanpa diikuti dengan kebiasaan membaca buku dan menulis. Akibatnya, mereka hanya membaca kalimat-kalimat singkat saja.

Dalam Webinar Nasional Pekan Sastra 2021 yang diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Media Ekonomi dan Bisnis (Memi) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jenderal Soedirman, Mahardika Ayunda selaku moderator menjelaskan bahwa karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk gambaran kehidupan yang mampu membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan.

Menurut Septriani yang dalam jurnal berjudul “Tantangan Pengajaran Kultur Kebangsaan melalui Karya Sastra terhadap Siswa Generasi Digital”, sastra memanfaatkan berbagai teknologi baik internet komputer, maupun handphone (baca: telepon genggam) sebagai medianya saat ini. Kartini F. Astuti selaku penulis buku Rahasia Melepaskan dan juga content creator (baca: pembuat konten) dalam webinar bertema “Sastra: Menjangkau yang Tak Terjangkau” sebelumnya mengatakan modernisasi membuat sastra dan teknologi harus berjalan beriringan. Dikarenakan sastra tanpa teknologi akan ketinggalan, sedangkan teknologi tanpa sastra maka akan kehilangan arah.

Kartini juga menyebutkan bahwa dunia yang dilipat itu seperti kondisi dunia sekarang, dimana kita bisa melihatnya dalam genggaman tanpa batasan. “Dahulu, kita kesulitan dalam mencari perpustakaan untuk mendapatkan buku tertentu. Saat ini sangat mudah untuk mencari buku-buku atau informasi lainnya," jelasnya. Ia pun menambahkan bahwa hal tersebut membuat kita bingung untuk menentukan informasi yang akan dikonsumsi.

Lebih lanjut, Kartini mengungkapkan bahwa sastra dalam bahasa Sanskerta berarti tulisan dan dahulu disebut susastra, makna kata “su” adalah indah. Namun sekarang, susastra hanya tinggal sastra saja karena sudah tidak indah lagi. “Semakin banyak orang yang abai, bahkan ingin segala hal instan. Akhirnya, orang hanya mementingkan sensasi,” ujar Kartini.

Sujiwo Tejo yang dikenal sebagai aktor, budayawan, penulis, dan musikus menuturkan bahwa zaman dahulu sastra-sastra pendek adalah yang paling laris. Namun setelah adanya cerpen dan puisi yang semakin pendek, dunia digital akan membuat sastra semakin pendek ke depannya “Hal ini mengakibatkan orang-orang tidak tertarik untuk membaca tulisan-tulisan yang panjang. Dilihat dari cara orang membaca berita, kebanyakan mereka hanya membaca judulnya saja,” jelas Sujiwo. Menurutnya, itu akan membuat banyak orang yang tidak terliterasi. Akibatnya, mereka tidak fokus pada topik saat diajak bicara.

Kartini menjelaskan bahwa untuk produktif dimasa pandemi ini bisa dilakukan dengan berbagai hal, seperti membaca buku. Dengan membaca buku, kita seolah-olah berkomunikasi langsung dengan penulis. Selain itu, kita akan terbuka wawasannya dan merasa seolah-olah sedang menjelajah dunia. “Selain membaca buku, menulis adalah pilihan terbaik. Dengan menjadikan tulisan sebagai semangat hidup, harimu akan dipenuhi dengan karya. Tulisan juga dapat dilukiskan dalam bentuk lain seperti video dan yang lainnya,” tutupnya.

Penulis: Danu Maulana Jasuntra
Editor: Ela Auliyana

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *