Darurat Kesehatan Mental Bagi Remaja Indonesia

lpmindustria.com – Sebagian besar orang masih menganggap bahwa kesehatan mental adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Kasus-kasus gangguan mental remaja yang meningkat menjadi pertanda bahwa remaja Indonesia darurat akan kesehatan mental.

Dilansir dari laman pusdatin.kemkes.go.id, seseorang yang memiliki masalah kesehatan mental masih sering disepelekan oleh masyarakat kita dan banyak orang terkesan tutup mata akan hal tersebut sampai saat ini. Stigma masyarakat menganggap hal tersebut merupakan aib bahkan tak jarang dikaitkan dengan hal-hal supranatural, sehingga para penderita gangguan kesehatan mental sering kali dikucilkan oleh lingkungannya. Perlu diketahui bahwa gangguan kesehatan mental tak hanya dialami oleh kalangan dewasa saja, para remaja pun dapat merasakan gangguan terhadap kesehatan mentalnya.

Saat ini kesehatan mental remaja Indonesia berada pada ambang yang amat mengkhawatirkan. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penderita gangguan jiwa dan depresi di Indonesia dengan rata-rata umur 15 tahun ke atas. Data ini semakin meningkat seiring dengan adanya peningkatan usia. Peningkatannya pun tak main-main, dari 1,7% pada tahun 2013 menjadi 6,2% pada tahun 2018. Mirisnya lagi, hanya 9% dari remaja tersebut yang mendapatkan pengobatan sebagaimana mestinya. Hal tersebut menggambarkan kurang sigapnya pemerintah serta minimnya uluran tangan masyarakat dalam menangani kasus kesehatan mental ini. Tak sampai di situ, peningkatan kasus bunuh diri serta penyalahgunaan obat-obatan pada kalangan remaja pun seperti tidak ingin kalah saing. Tercatat terjadi penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) oleh para remaja mengalami peningkatan yang sebelumnya 24% berubah angka menjadi 28%.

Dilansir dari laman promkes.kemkes.go.id, kesehatan mental merupakan kondisi psikologis dan emosional seseorang yang berada pada keadaan tenang, baik, serta tenteram, sehingga orang tersebut dapat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari secara produktif. Remaja yang memiliki kondisi mental yang sehat akan mampu melakukan segala kegiatan sehari-hari dengan positif, termasuk saat melakukan sosialisasi dengan orang lain. Sebaliknya, apabila seorang remaja mengalami gangguan mental, hal itu dapat menghadirkan berbagai masalah.

Terdapat beberapa faktor pendorong terjadinya berbagai masalah kesehatan mental bagi para remaja. Menurut laman promkes.kemkes.go.id, faktor tersebut bisa bersumber dari internal, misalnya gen yang diwariskan keluarga, pernah trauma akan suatu kejadian, mental yang rapuh akan stres, dan penyakit kronis yang memicu depresi. Sedangkan menurut skripsi berjudul “Analisis Kondisi Kesehatan Mental Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Berisiko pada Remaja SMA di Surabaya” dan laman pusdatin.kemkes.go.id, faktor lainnya bersumber dari lingkungan sekitar, seperti masalah perundungan, pengucilan oleh teman-teman sebaya, kesalahan memilih lingkaran pergaulan, hingga permasalahan dengan orang tua. Usia remaja sangat rentan terhadap masalah, sehingga hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan kesehatan mental pada remaja. Tidak hanya mengakibatkan luka fisik, tetapi masalah tersebut dapat turut serta dalam mengganggu kesehatan mentalnya dan berdampak pada perilaku para remaja tersebut.

Untuk itu perlu dilakukan upaya penanganan secara cepat, baik dari pemerintah maupun dari diri remaja itu sendiri. Berdasarkan keterangan dari laman pusdatin.kemkes.go.id, saat ini pemerintah sudah menggerakkan upaya penanganan berupa kegiatan program pencegahan dan pengendalian kesehatan mental. Pemerintah melakukan pengoptimalan peran Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam upaya penanganan kesehatan mental.

Selain itu dari laman promkes.kemkes.go.id disebutkan bahwa remaja harus pandai dalam melakukan kontrol terhadap dirinya, seperti belajar untuk lebih bisa mengendalikan diri, selalu berpandangan positif terhadap masalah, bercerita jika ada masalah, melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan selain itu juga melakukan penyaringan dalam pertemanan sehingga tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik, menghindari lingkungan pertemanan yang tidak baik, dan sebagainya. Namun, apabila diri sendiri sudah menunjukkan tanda-tanda adanya indikasi gangguan mental sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter yang ahli dibidangnya dan tidak disarankan untuk mendiagnosis diri sendiri tanpa ada bantuan seorang dokter agar tidak terjadi kesalahan dalam penanganannya.

Penulis: Putri Yolanda
Editor: Ela Auliyana

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *