lpmindustria.com – Dalam mengurangi dampak dari bencana, edukasi siaga bencana sangat diperlukan. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Sahabat Odi, yaitu dengan melakukan trauma healing pada anak-anak dengan metode yang menarik.
Indonesia merupakan negara yang rentan terkena bencana, baik bencana alam maupun bencana buatan yang diakibatkan oleh kelalaian manusia. Dalam mencegah atau mengurangi akibat bencana tersebut, diperlukannya edukasi siaga bencana sebagai bentuk pengetahuan bagi masyarakat. “Sahabat Odi yang melihat situasi ini bekerja sama dengan anggota PMI (Palang Merah Indonesia) untuk memberikan edukasi bencana melalui dongeng dan turun langsung ke lokasi bencana alam tersebut,” ujar Faqih, selaku Founder Komunitas Sahabat Odi.
Kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas ‘Sahabat Odi’ sendiri memiliki program yang dinamakan edukasi siaga bencana, program ini ditujukkan kepada anak-anak. Tidak hanya berfokus kepada edukasinya, mereka juga melakukan trauma healing (baca: penyembuhan) pada anak-anak yang mengalami bencana. “Kita sering melakukan trauma healing pendampingan anak juga,” ucap Faqih.
Faqih menyarankan jika ingin memberikan edukasi siaga bencana sebaiknya dilakukan saat anak berada di TK (Taman Kanak-Kanak), karena saat di TK mereka akan mempelajari dasar-dasarnya. Memberikan edukasi ini baik untuk mental anak-anak agar mereka tahu hal yang harus mereka lakukan. “Sebetulnya bagus, jadi mereka bisa mengerti kalau misalnya di rumah mereka ada banjir, kebakaran, jadi mereka bisa siaga. Kalau misalnya kebakaran mereka juga bisa tahu cara memadamkannya, kalau banjir bisa tahu yang seharusnya mereka selamatkan terlebih dahulu,” ujar Endeh, seorang guru Sekolah Dasar.
Memberikan edukasi siaga bencana melalui dongeng menggunakan boneka adalah cara Faqih dan teman-temannya untuk membuat anak-anak tertarik. “Bisanya diawali bercerita dengan boneka sebagai daya tarik adik-adiknya untuk ikut kita, agar bisa masuk ke materinya,” ungkap Faqih. Tak lupa juga setiap selesai memberikan materi siaga bencana, anak-anak melakukan simulasi dari materi yang diberikan. Tidak hanya anak-anak, orang yang ada di sekitarnya pun turut ikut serta dalam simulasi tersebut seperti guru, kepala sekolah, penjaga sekolah, petugas kebersihan dan lainnya. Sayangnya 80% sekolah yang sudah didatangi ‘Sahabat Odi’ masih belum memiliki alat pemadam kebakaran seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan hampir 70% nya tidak ada yang bisa menggunakan alat pemadam tersebut.
Nur Aini Afrida