lpmindustria – Demi menunjang kegiatan belajar mengajar berbasis online, Politeknik STMI Jakarta memberikan bantuan berupa subsidi kuota atau pulsa kepada seluruh mahasiswa aktifnya. Namun nyatanya, masih terdapat beberapa mahasiswa yang belum mendapatkan subsidi tersebut hingga saat ini.
Terhitung sudah hampir tiga bulan, Politeknik STMI Jakarta melaksanakan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online. Hal ini dilakukan sesuai anjuran pemerintah untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Berbeda dengan pembelajaran offline yang dapat dilakukan dengan bertatap muka secara langsung, PJJ membutuhkan kuota untuk mengakses situs PJJ dan mengunduh materi perkuliahan. Hal tersebut membuat Politeknik STMI Jakarta menyediakan subsidi kuota untuk seluruh mahasiswa aktifnya. “Biasanya kalau dikampus, mahasiswa bisa dapatkan akses cepat secara gratis (Wifi) namun sekarang jika dirumah mahasiswa tidak ada Wifi, itu yang jadi masalah,” ungkap Ahlan Ismono selaku Pembantu Direktur (Pudir) II bagian Sarana Prasarana dan Keuangan.
Kondisi yang tidak memungkinkan bagi mahasiswa untuk mengambil uang tunai secara langsung dan adanya biaya administrasi bank yang harus ditanggung jika ditransfer menjadi alasan pemilihan subsidi dalam bentuk kuota ini. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tentang Biaya atau Belanja yang dapat Dibebankan pada DIPA Satker di Lingkungan Kemenperin dalam Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19. “Supaya mahasiswa itu tidak direpotkan. Untuk keefektifannya, kita langsung subsidi kuota atau pulsa dan memang dalam surat edaran, anjurannya seperti itu,” kata Ahlan.
Selain itu, Ahlan juga menyampaikan bahwa pemberian subsidi kuota ini diinisiasi oleh pihak kampus. Namun, Politeknik STMI Jakarta juga berkoordinasi dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) agar subsidi yang diberikan tiap kampus di bawah Kemenperin sama jumlahnya.
Ahlan mengaku bahwa proses pemberian subsidi kuota ini rencananya dimulai pada awal dianjurkannya Work Form Home (WFH) oleh pemerintah, yaitu pertengahan bulan Maret. Namun, dikarenakan banyaknya undangan rapat terkait penyesuaian kegiatan belajar mengajar selama WFH, pemrosesan subsidi kuota ini baru dapat dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Maret. “Jadi, minggu ketiga Maret, kita sudah mulai berhubungan dengan provider dan bulan April itu mulai diproses,” katanya.
Ada enam provider yang dihubungi Politeknik STMI Jakarta untuk bekerja sama terkait subsidi ini, yaitu Telkomsel, Indosat, Tri, XL, By.U, dan Smartfren. Kampus telah menganggarkan subsidi sebesar Rp50.000 per mahasiswa pada setiap pengisiannya. Namun, terkait besarannya, kampus menyerahkannya kepada masing-masing provider karena adanya perbedaan harga. Bahkan, ada juga provider yang hanya mengirimkan pulsa. “Dengan jumlah ini, ada provider yang memberikan sampai 15 GB, ada juga yang cuma dapat 3 atau 4 GB,”
Terkait dengan jumlah pengiriman subsidi, Ahlan mengungkapkan bahwa nantinya tiap mahasiswa akan mendapatkan subsidi sebanyak tiga kali terhitung dari pertama kali mahasiswa mendapatkan subsidi tersebut. “Walaupun mungkin nanti yang lainnya sudah selesai tiga kali tapi ada mahasiswa yang baru sekali atau dua kali, mahasiswa itu akan tetap dapat tiga kali,” jelasnya.
Dari keenam provider diatas, empat provider diantaranya telah mengirimkan subsidi ke mahasiswa . Untuk dua provider lain, yaitu by.U dan Smartfren, hingga saat ini belum mengirimkan subsidi karena terkendala dalam hal persyaratan dokumen. “Persyaratan yang diminta berupa data-data perusahaan sedangkan Politeknik STMI Jakarta adalah lembaga pendidikan. Jadi, kita tidak mempunyai data-data yang diminta,” ungkap Ahlan.
Untuk dua provider yang belum mengirimkan subsidi, kampus memutuskan untuk memberikan uang tunai secara langsung kepada mahasiswa yang menggunakan provider tersebut dengan jumlah yang sama. “Pengambilannya di kampus tetapi untuk perkembangan lebih lanjutnya, kita beritahukan melalui media sosial,” tutur Ahlan. Ia juga menjelaskan bahwa hal ini diputuskan karena mahasiswa yang menggunakan dua provider tersebut terbilang sedikit dari total 1380 mahasiswa, yaitu by.U sebanyak 30-an mahasiswa dan Smartfren sebanyak 50-an mahasiswa.
Situasi yang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung dengan pihak provider juga menjadi kendala bagi kampus untuk pemrosesan subsidi. “Jika dijelaskan secara langsung, mungkin bisa lebih cepat prosesnya,” tutur Ahlan.
Selain kendala diatas, terdapat pula masalah yang dialami oleh mahasiswa terkait tidak masuknya subsidi ke nomor mereka. Seperti Nabilla Ajeng Kirana, mahasiswi jurusan ABO 2018 ini belum menerima subsidi hingga saat ini. Hal ini dikarenakan kartu pascabayarnya tidak dapat menerima pulsa sedangkan provider yang ia gunakan mengirimkan subsidi dalam bentuk pulsa. Mahasiswa lainnya yang kami wawancarai adalah M. Gusti Mauladin, mahasiswa jurusan TIO 2018 ini juga belum menerima subsidi. Namun berbeda dengan Nabilla, provider yang Gusti gunakan sebenarnya telah melakukan transfer subsidi namun belum diketahui penyebabnya, ia belum mendapatkan subsidi hingga saat ini.
Menanggapi hal diatas, Ahlan memastikan bahwa setiap mahasiswa akan mendapatkan subsidi tersebut. Ia juga akan meminta bantuan organisasi mahasiswa di Politeknik STMI Jakarta untuk mendata mahasiswa yang belum mendapatkan subsidi. “Misalnya digabungkan dengan yang diberikan secara langsung. Tapi saya belum ada datanya, mungkin nanti dapat dibantu organisasi mahasiswa untuk me-list nomor mahasiswa yang belum dapat di subsidi yang pertama,” ungkapnya.
Mahasiswa Politeknik STMI Jakarta mengaku sangat mendukung kebijakan subsidi ini. “Sangat mendukung sekali karena ini bentuk dukungan dari pihak kampus terhadap Pembelajaran Jarak Jauh berbasis internet,” ucap Nabilla. Hal serupa juga diungkapkan oleh Gusti namun ia menilai waktu pemberian subsidi ini terkesan lambat. “Sebenarnya sangat bagus dan bijak tetapi sedikit telat karena rata-rata subsidi kuotanya baru sampai ketika PJJ-nya itu sudah selesai,” ungkapnya. Selain itu, Dara Ayu Fahira, mahasiwi jurusan SIIO 2017 ini memberikan saran agar subsidi kuota tersebut dikhususkan untuk kegiatan belajar mengajar saja karena kuota yang diberikan terkadang terpakai untuk hal lain. “Alhamdulillah, kampus ada niatan baik mau bagi-bagi kuota. Mungkin lebih sistematis aja untuk pembagiannya atau dibagikan berdasarkan kebutuhannya,” saran Dara.
Hanifati Sabila