lpmindustria.com – Tangga darurat merupakan jalur evakuasi yang dapat digunakan jika terjadi kondisi darurat. Namun, tangga darurat di Politeknik STMI Jakarta sampai saat ini masih belum memenuhi standar yang seharusnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Pasal 59 tentang bangunan gedung, setiap gedung harus menyediakan sarana evakuasi. Dilansir dari safetysign.co.id, salah satu sarana evakuasi yang dimaksud adalah tersedianya tangga darurat. Sarana ini harus dapat menjamin kemudahan dan keamanan akses evakuasi ketika keadaan darurat. “Ada beberapa standar untuk tangga darurat. Pertama, mudah diakses. Kedua, posisi tangga tidak sejalur dengan jalur biasa yang dilalui sehari-hari. Lalu, lebarnya dapat cukup untuk dua orang. Mungkin, standar tangga darurat untuk gedung tinggi dan gedung yang tidak terlalu tinggi. Namun, untuk dimensinya sama. Tangga darurat biasanya tidak dibuat dengan bahan biasa, seperti semen. Misalnya, kalau di pabrik biasanya pakai besi,” jelas Kingwan, selaku Dosen Politeknik STMI Jakarta sekaligus Kepala Departemen Learning Center di PT Inti Ganda Perdana (IGP)
Selain itu, ada juga beberapa ketentuan yang harus ada pada tangga darurat untuk memenuhi standar keamanan. “Tangga darurat digunakan untuk menolong orang saat evakuasi. Jadi, harus jelas dan harus dijelaskan arahnya. Untuk standar tangga itu sama, harus ada handrail-nya. Biasanya dalam satu ruangan tidak hanya satu pintu. Jadi kalau salah satu pintu bermasalah, masih ada yang satunya. Tapi disesuaikan dengan kebutuhan juga,” tutur Kingwan.
Sayangnya, tangga darurat yang ada di Politeknik STMI Jakarta masih belum memenuhi standar tersebut. “Saya tahu tangga darurat di Gedung A. Namun menurut saya, perlu ada audit dan dikonfirmasi kelayakannya untuk dijadikan tangga darurat. Saya lihat disana masih banyak barang yang menghalangi akses tangga tersebut,” ungkap Kingwan.
Dedy Trisanto selaku Pembantu Direktur (Pudir) II bidang Sarana dan Prasarana mengatakan peletakan barang-barang di tangga darurat dikarenakan kurangnya ruangan di Politeknik STMI Jakarta. “Seharusnya tangga darurat itu bersih, kosong atau tidak dijadikan tempat menaruh barang. Akan tetapi, kampus kita berukuran kecil dan ruangannya terbatas. Sehingga, kita mengoptimalkan tempat yang tidak terpakai dengan tanpa mengganggu fungsi utamanya,” jelas Dedy.
Selain itu, Dedy juga mengatakan belum optimalnya fungsi tangga darurat ini juga dipengaruhi oleh faktor keuangan. “Sebenarnya memang masih kurang baik. Namun, karena anggaran kurang. Saat ini, anggaran sedang difokuskan untuk kegiatan belajar mengajar serta perbaikan sarana dan prasarana. Jadi, anggaran dapat dialokasikan ke Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) apabila ada anggaran berlebih,” lanjut Dedy.
Melihat kondisi tangga darurat di Politeknik STMI Jakarta, Kingwan beranggapan bahwa kondisinya dapat menimbulkan kecelakaan. “Risikonya adalah menimbulkan kecelakaan yang diakibatkan oleh jalur tangga darurat yang tidak steril dan pencahayaan yang kurang. Sehingga, dapat menimbulkan kecelakaan hingga tidak dapat keluar. Seharusnya, di kanan dan kiri juga ada handrail untuk mengimbangi tubuh saat melewati tangga,” lanjut Kingwan. Namun, Dedy beranggapan bahwa desain tangga yang sekarang sudah cukup aman. “Kalau untuk handrail sudah dari dulu sudah diperhitungkan sejak pembangunan gedung. Jadi, seharusnya sudah cukup aman,” ujar Dedy.
Kingwan juga mengatakan masalah utama K3 di Politeknik STMI Jakarta adalah tidak adanya komite safety untuk meninjau keamanan tangga darurat. “Menurut saya, tangga darurat di Politeknik STMI Jakarta memiliki satu kekurangan yang fatal, yaitu tidak adanya komite safety untuk meninjau keamanan tangga darurat di Politeknik STMI Jakarta,” ujar Kingwan. Dedy juga membenarkan mengenai tidak adanya komite safety di Politeknik STMI Jakarta. “Komite safety memang belum ada. Saat ini, hanyalah terdapat kepanitiaan secara teknis dan tanggung jawab tersebut masih di bawah bagian Umum,” ungkap Dedy.
Selain itu, beberapa mahasiswa juga beranggapan bahwa tangga darurat seharusnya bersih dari barang untuk mempermudah proses evakuasi. “Tangga darurat digunakan saat terjadi kejadian yang tidak terduga. Oleh karena itu, tangga darurat harus bersih dari barang, serta memiliki penerangan yang cukup. Sehingga, dapat mempermudah proses evakuasi,” ujar Diva Andika, salah satu mahasiswa jurusan Sistem Informasi Industri Otomotif (SIIO).
Aldi Ihza Maula