Hutan Mangrove Sebagai Tumbuhan Pencegah Tsunami

lpmindustria.com – Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia. Hutan mangrove memiliki peranan penting baik bagi lingkungan maupun sekitarnya. Terkhusus lingkungan pesisir sebagai upaya pencegahan tsunami.

Hutan Mangrove dalam Bahasa Latin dikenal dengan Rhizopora, merupakan tanaman yang biasanya hidup di air payau. Tanaman Mangrove ini memiliki struktur yang berakar tinggi dan juga bercabang-cabang.  Food and Agriculture Organization (FAO) dalam lamannya menjelaskan bahwa tahun 2009 luas hutan mangrove di seluruh dunia mencapai 15.231.000 Ha.  Berdasarkan luas hutan mangrove tersebut, Benua Asia menjadi peringkat pertama sebagai penyumbang hutan mangrove terbesar dengan luas mencapai 5.580.000 Ha. Sedangkan negara Indonesia menyumbang sekitar 3.244.000 Ha luas hutan mangrove. Hutan mangrove tersebut tersebar dibeberapa pulau, yaitu Pulau Papua sebesar 50%;   Pulau Kalimantan sebesar 20%; Pulau Sumatera 18%; Pulau Sulawesi dan Maluku masing-masing sebesar 5%; Pulau Nusa Tenggara sebesar 1%; serta Pulau Jawa, Madura, dan Bali dengan total 1%.

Mangrove atau biasa disebut Bakau ini memiliki berbagai macam fungsi. Mangrove secara tidak langsung menangkap berbagai macam endapan dan juga zat kimia yang melewatinya dengan menggunakan akar-akarnya. Selain menjadi filter air laut mangrove juga dapat menjadi sumber daya. “Mangrove bisa dijadikan penyedia sumber daya, yaitu untuk sandang, pangan, dan juga obat-obatan. Selain itu, Mangrove bisa dijadikan sebagai proteksi dari angin topan dan gelombang laut (abrasi),” ujar Prof. Cecep Kusmana selaku ahli mangrove dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada acara Seminar Nasional di Universitas Trisakti dalam rangka memperingati hari Pohon Sedunia.

Sebagai penyumbang emisi gas sebanyak 30 persen ke atmosfer, mangrove memiliki produktivitas yang tinggi, yaitu sebanyak 2 – 50 ton karbon per  tahun. Kandungan karbon  mangrove juga mencapai tiga sampai lima kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis dataran rendah lainnya. “Mangrove juga dapat menyerap karbon CO2  lebih besar daripada tumbuhan di darat,” tutur Prof. Cecep Kusmana. Selain itu, hutan mangrove dapat mengurangi terjadinya tsunami. “Hutan mangrove dapat memecah gelombang dan tsunami,” tutur Natashi selaku ketua KeSEMat Mangrove Volunteer (KeMANGTEER) Jakarta.

Walaupun Indonesia dikatakan sebagai negara dengan luas hutan mangrove terbesar, Indonesia juga menjadi salah satu penyumbang kerusakan hutan mangrove keempat terbesar se-Asia Tenggara, dengan presentase kerusakan sebesar 24,78 persen. “Penyebab utama terjadinya kerusakan hutan mangrove yaitu konversi lahan. Selain itu, maraknya pertambakan dan penebangan tak terkendali. Lalu, bencana alam akibat tsunami, karena tsunami merupakan gelombang yang dahsyat. Serta selanjutnya yaitu, polusi air dan sampah,” jelas Prof. Cecep Kusmana.

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meminimalisir kerusakan mangrove tersebut, yaitu dengan penanaman pohon mangrove kembali (reboisasi). “Kalau mangrove yang kita reboisasi jangan satu jenis, lebih baik yang bermacam-macam jenisnya. Karena menurut penelitian, hal tersebut dapat menahan gelombang tsunami lima kali lebih besar dibandingkan yang satu jenis saja. Tetapi sayangnya, di Indonesia mayoritas hutan bakau masih monokultur dengan bakau sebagai tanamannya. Karena bakau yang paling gampang dibudidayakan,” tambah Prof. Cecep Kusmana.

Setelah berbagai upaya dilakukan, harapannya agar hutan mangrove lebih hijau lagi dari sebelumnya, terutama di daerah dekat pantai seperti DKI Jakarta. Jakarta sudah memiliki banyak hutan mangrove yanng terletak di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. “Harapannya sih, ingin membuat Hutan Mangrove di Jakarta itu lebih hijau dari sebelumnya,” harap Natashi.

 

Bunga Smara

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *